Dimasa pandemi seperti sekarang, imunitas tubuh merupakan sistem
tubuh yang sangat perlu diperhatikan. Maka dari itu, pemerintah memberikan
akses vaksinisasi covid-19 secara gratis. Namun, lain cerita bagi orang-orang
pelosok di desa, yang masih terbawa isu tentang kematian pasca divaksin. Tapi
kenapa jarang sekali kasus positif covid-19 di pelosok desa?.
Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar virus yang mengakibatkan terjadinya
infeksi saluran pernapasan atas, ringan, hingga sedang, seperti penyakit flu. Namun sebagian besar
masyarakat di daerah pelosok tetap tidak takut dengan hal itu, masih banyak
dari mereka yang sama sekali tidak mematuhi protokol kesehatan. Tindakan ini
akan sangat membahayakan bagi diri mereka dan juga sekitar.
Namun anehnya, kasus covid-19 di daerah pelosok sangatlah minim.
Bahkan kalaupun ada yang dinyatakan postif, itupun adalah mereka yang datang
dari kota-kota besar. Banyak para perantau yang terpaksa pulang ke desa
dikarenakan pekerjaan mereka terhenti karena situasi pandemi.
Meskipun demikian, sangat jarang presentase orang-orang pelosok
yang terpapar virus corona dari para perantau luar kota yang dinyatakan
covid-19, bahkan keluarganya sendiri pun aman-aman sahaja. Lantas apa rahasia
dibalik itu semua? apakah orang-orang di pelosok desa punya semacam jimat atau
kodam untuk kebal dari virus corona?.
Semua orang pastinya ingin menikmati kehidupan sebelum pandemi ini
terjadi. Mereka ingin beraktifitas seperti layaknya setengah tahun yang lalu.
Dapat leluasa mengelilingi bumi. Hal ini justru telah dilakukan di wilayah
pelosok desa. mereka beraktifitas, berkumpul, bercanda ria tanpa memikirkan
akan mati tergeletak terkena virus covid-19. Berikut adalah cara mereka
bertahan di tengah maraknya penyebaran virus covid-19
Yang pertama,
masyarakat di wilayah pelosok dinilai sehat dalam menjaga pola kesehatan
mereka, dengan bangun diwaktu sebelum subuh. Mereka rutin menjalankan ibadah
sholat subuh dengan berjamaah atau sendiri tepat waktu. Dilangsir dari
idntimes.com, di waktu tersebut sistem
pernapasan bekerja secara optimal. Oleh karena itu, bangun di waktu subuh dan
menghirup udara pagi baik untuk kesehatan paru-paru.
Tidak hanya itu, penelitian
menunjukkan bahwa paru-paru melakukan detoks pada pukul 03.00 hingga 05.00.
Waktu itu adalah saat terbaik bagi penderita batuk untuk mengeluarkan lendir
penyebab batuk.
Yang kedua, olahraga sambil
bekerja. Masyarakat di wilayah pelosok mayoritas berprovesi sebagai petani.
Aktivitas petani yaitu mencangkul, menanam, menyirami, dan lai-lain ternyata
menyimpan banyak sekali manfaat, antara lain, menurunkan berat badan,
menurunkan resiko penyakit jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga
kesehatan otak, meningkatkan koordinasi dan kekuatan tangan
Yang ketiga, pola makan
masyarakat di wilayah pelosok cenderung sehat dan hasil dari tangan sendiri. Di
wilayah pelosok jarang sekali terdapat makanan-makanan yang terdapat di
kota-kota besar sepeti pizza, hamburger dan lain-lain, yang dinilai kurang
sehat bagi kesehatan, dan cenderung merogoh kocek yang cukup mahal. Makanan
hasil dari kebun atau peternakan sendiri, lebih higienis tanpa ada perniagaan
dari luar wilayah, yang dikhawatirkan dapat menjadi sarana penyebaran penyakit.
Yang keempat, masyarakat di
wilayah pelosok masih minim akan akses teknologi yang didominasi oleh maraknya
jejaring social media di masa masa pandemi seperti ini. Yang mana, di
lingkungan sosial media sendiri, lebih banyak konten yang berbau negatif
daripada positif, tentang situasi dan kondisi di masa pandemi. Hal ini, tentu
saja akan mempurburuk kondisi mental seorang pengguna social media, karena
kecemasan yang berlebihan. Berbeda dengan masyarakat di wilayah pelosok yang
minim akan akses teknologi, mereka tidak cenderung mudah melihat konten-konten
negtife tersebut. Justru hal inilah yang menyebabkan mereka terhindar dari
kondisi kecemasan yang berlebihan.
Yang kelima, Akses mobilitas di
wilayah pelosok dirasa sulit. Memang benar, bahwasamya akses untuk keluar masuk
di wilayah pelosok kurang memadai, bahkan bisa dikatan ekstrim. Masih banyak
jalan yang berlubang, dan hanya berupa bebatuan dan tanah. Namun, meskipun
demikian hal ini justru membawa dampak yang positif di masa pandemic seperti
sekarang. Kurangnya akses mobilitas ini, membuat para orang-orang dari luar
merasa enggan melewati jalan dan siggah di wilayah pelosok. Akibatnya,
presentase pendatang dari luar wilayah berkurang.
Daftar Pustaka
Yulintia Iswandiari. 2020. “5
Manfaat Berkebun Bagi Kesehatan Fisik dan Mental”, https://hellosehat.com/mental/stres/5-manfaat-berkebun-bagi-kesehatan/
Izza Namira.2019.” 7 Manfaat Setiap Waktu Salat
Wajib untuk Kesehatan Kamu, Menakjubkan!”, https://www.idntimes.com/health/fitness/izza-namira-1/manfaat-setiap-waktu-salat-untuk-kesehatan/7
0 Komentar