Era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat ini merupakan sebuah era kemajuan teknologi dimana kita manusia dihadapkan dengan kehidupan yang menekankan penggunaan teknologi digital. Di era ini teknologi berkembang secara cepat mengubah cara hidup kerja manusia dan menuntut semua kehidupan di dunia berbasis teknologi digital. Transformasi digital dan pemanfaatan teknologi menjadi identitas revolusi industri 4.0. Teknologi informasi menjadi basis dalam kehidupan manusia. Semuanya tanpa batas dengan penggunaan daya dan data komputasi tak terbatas, karena dipengaruhi oleh perkembangan Internet dan teknologi digital masif sebagai pusat inti gerakan manusia dan mesin serta konektivitasnya. Berkembangnya revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan adanya digitalisasi manufaktur yang diakibatkan oleh kekuatan komputasi dan konektivitasnya serta kecerdasan buatan.
Perubahan teknologi digital ini tidak hanya terpacu
pada satu sisi atau satu bidang saja, akan tetapi mencakup dalam segala bidang.
Mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, komunikasi, informasi, sosial dan lain-lain.
Sehingga tidak heran jika teknologi di peradaban era industri 4.0 ini terutama
dalam hal jaringan informasi dan komunikasi sangat berpengaruh dan berdampak
dalam kehidupan manusia di dunia saat ini. Apalagi di abad 20 dengan munculnya
kabar adanya pandemi virus covid-19 yang memberikan banyak sekali dampak di
dalam kehidupan manusia khususnya dalam penggunaan teknologi digital dan
virtual dalam hal hubungan bersosialisasi. Dari perkembangan teknologi ini
tentunya banyak memberikan dampak ataupun efek bagi kehidupan. Walaupun
kelihatannya perkembangan peradaban dengan ditandainya peningkatan penggunaan teknologi
sangat memberikan efek dan dampak positif bagi manusia, akan tetapi disisi lain
pasti banyak dampak buruk yang diakibatkan. Banyak sekali tantangan- tantangan
yang harus dihadapi. Untuk itu dengan berkembangnya peradaban di era
ini kita semua kalangan terutama para pemuda dituntut untuk siap sedia dalam
menghadapi perubahan era digitalisasi dalam segala bidang. Apalagi seorang santri yang notabenya adalah
seseorang yang dididik dengan al qur’an sehingga memiliki jiwa islami dan
karakter yang berakhlakul karimah.
Secara umum santri merupakan sebutan bagi
seseorang yang belajar agama islam (tafaqquh fiddin) di dalam pondok pesantren.
Kehidupan Seorang santri di pondok pesantren pada dasarnya terkenal memiliki
ciri khas pendidikan dengan penggunaan metode tradisional dan keadaan
lingkungan yang tradisional serta penuh kesederhanaan di dalam menjalani
kehidupan serta terlihat tertutup atau jauh dari jangkauan kehidupan luar. Akan
tetapi pada kenyataannya jauh daripada itu seorang santri juga bisa mengikuti
perkembangan zaman. Apalagi di era sekarang ini dimana perkembangan zaman yang
semakin pesat, seorang santri haruslah bisa beradaptasi menghadapi tantangan di
era yang baru dan ikut serta melakukan perubahan menjadi lebih baik. Di dalam
dunia pesantren haruslah dapat menghadapi era revolusi industri 4.0 ini.
Walaupun pada awalnya beranggapan semua merupakan tantangan dan rintangan,
namun hal ini harus bisa diubah menjadi suatu peluang emas bagi untuk melakukan
perubahan dan pembangunan yang lebih baik. Tentunya, eorang santri di pesantren
harus berproses dan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat global dengan
tidak meninggalkan tradisi lama yang masih dianggap baik.
Di peradaban era revolusi industri 4.0 sekarang
ini tantangan seorang santri sangatlah besar. Di samping harus menekuni kajian
ilmu keagamaan yang sangat kental, seorang santri juga harus bisa mengimbangi
dengan ilmu dan kemampuan intelektualnya. Santri dituntut untuk memiliki
kreativitas dan intelektualitas yang luas yang bisa menggabungkan dunia dan
akhirat yang artinya bisa menghadapi kehidupan dunia dengan baik akan tetapi
juga tidak meninggalkan amal akhirat. Selain itu Santri harus mampu berpikir
kritis terhadap perkembangan zaman di dunia ini. Santri harus bisa mempunyai
kreativitas yang tinggi untuk membuat terobosan sesuatu yang baru. Santri juga
harus mempunyai kecakapan komunikasi yang baik untuk menyampaikan gagasan yang
baru.
Sebagai seorang santri
yang berpendidikan islam dan yang akan dicetak menjadi sosok generasi cendekiawan
muslim dan juga generasi penggerak yang mempunyai wawasan islami dan karakter
kebangsaan serta berakhlakul karimah haruslah bisa menjunjung tinggi
nilai-nilai keagamaan. Sosok seorang santri sangat diperlukan untuk ikut serta
berperan dalam menghadapi tantangan perkembangan peradaban ini dan membatasi
adanya dampak buruk yang disebabkan dari adanya perubahan era. Seorang santri Sebagai
benteng dasar di dalam menghadapi tantangan- tantangan yang ada dalam peradaban
di era revolusi industri 4.0. Sebagai seorang santri millenial yang hidup di
era peradaban revolusi industri 4.0 harus bisa menyeimbangan antara ilmu
pengetahuan teknologi (IPTEK) dan iman dan taqwa (IPTAQ). Harus bisa
membuktikan bahwa seorang santri bisa bersaing dalam menghadapi tantangan-
tantangan di era ini. Sudah saatnya seorang santri millenial selain bisa
mendalami ilmu agama tetapi juga bisa mendalami ilmu sains dan teknologi. Salah
satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membelakukan trensains (pesantren
sains) yang digagas oleh Dr Agus Purwanto sebagai model pendidikan pesantren
modern yang dapat melengkapi kekurangan sistem pendidikan pesantren yang ada.
Karena, dalam trensains standar kopetensi lulusannya tidak hanya menguasai dan
lancar berbahasa asing (arab dan inggris). Akan tetapi, juga piawai dalam sains
dan memahami interaksi antara agama, sains dan teknologi.
Dalam menghadapi tantangan peradaban era
revolusi industri 4.0 santri harus memiliki peranan penting agar bisa
meminimalisir dampak buruk yang terjadi dengan adanya kemajuan teknologi ini.
Di tengah peradaban era revolusi industri keempat ini santri harus memiliki
jiwa yang berkompeten, kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru
yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik. Artinya walaupun sudah ikut serta berusaha
berperan dalam mengikuti perkembangan peradaban zaman namun, juga tidak
melupakan karakter, jati diri, ciri khas
dan kharismanya sebagai seorang santri.
0 Komentar